Pelajaran dari Kasus Merrill Lynch dan Lehman Brothers
Wednesday, October 22, 2008
Bangkrutnya Lehman Brothers dan akuisisi Merrill Lynch oleh Bank of America mengingatkan kita bahwa dengan kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu seperti sekarang ini tidak ada satu pun pekerjaan yang bisa dianggap sebagai “secured jobs”
Saya masih ingat ketika sekitar awal tahun 2000 membaca sebuah artikel di majalah terbitan luar negeri (saya lupa entah itu Business Week, Newsweek, Forbes atau Fortune) yang menceritakan betapa kerasnya usaha ribuan orang lulusan program MBA dari berbagai business school ternama di seluruh penjuru Amerika Serikat berlomba-lomba mendapatkan pekerjaan di Wall Street, khususnya pekerjaan di investment bank terkemuka, seperti Merrill Lynch, Lehman Brothers, Goldman Sachs atau Morgan Stanley.
Selain soal gengsi (karena sebagian besar investment bank terkemuka tersebut hanya mempekerjakan lulusan terbaik), banyak yang mengincar untuk bekerja disana karena tergiur dengan tawaran gaji dan berbagai benefits luar biasa yang ditawarkan.
Banyak yang beranggapan bahwa bekerja di investment bank kelas kakap di Wall Street merupakan sebuah pilihan yang aman. Tapi dengan perkembangan yang terjadi beberapa hari terakhir ini, siapa yang menyangka bahwa Lehman Brothers bisa bangkrut? Siapa pula yang menyangka bahwa Merrill Lynch ternyata bisa diakuisisi oleh Bank of America ?
Saya masih ingat ketika sekitar awal tahun 2000 membaca sebuah artikel di majalah terbitan luar negeri (saya lupa entah itu Business Week, Newsweek, Forbes atau Fortune) yang menceritakan betapa kerasnya usaha ribuan orang lulusan program MBA dari berbagai business school ternama di seluruh penjuru Amerika Serikat berlomba-lomba mendapatkan pekerjaan di Wall Street, khususnya pekerjaan di investment bank terkemuka, seperti Merrill Lynch, Lehman Brothers, Goldman Sachs atau Morgan Stanley.
Selain soal gengsi (karena sebagian besar investment bank terkemuka tersebut hanya mempekerjakan lulusan terbaik), banyak yang mengincar untuk bekerja disana karena tergiur dengan tawaran gaji dan berbagai benefits luar biasa yang ditawarkan.
Banyak yang beranggapan bahwa bekerja di investment bank kelas kakap di Wall Street merupakan sebuah pilihan yang aman. Tapi dengan perkembangan yang terjadi beberapa hari terakhir ini, siapa yang menyangka bahwa Lehman Brothers bisa bangkrut? Siapa pula yang menyangka bahwa Merrill Lynch ternyata bisa diakuisisi oleh Bank of America ?
Pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian ini hanya satu, bila anda saat ini masih bekerja sebagai employee (di perusahaan mana pun itu - apakah itu perusahaan nasional at au pun multinasional) ingatlah bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa menjamin 100% bahwa anda akan aman berkarir seterusnya di perusahaan tersebut. Karena dengan perubahan yang sedemikian cepat dan kondisi perekonomian dunia yang makin sulit diprediksi, perusahaan paling besar sekalipun bisa saja gulung tikar minggu depan.
Bukannya bermaksud memprovokasi kalau saya katakan, jangan pernah sesekali berani memproklamirkan diri sebagai employee yang loyal kepada perusahaan, karena perusahaan tidak bisa menjamin apakah mereka juga akan bisa loyal kepada anda.
Bila performa kerja anda menurun, tidak peduli anda telah bekerja 10 tahun disitu, anda bisa saja ditendang keluar untuk kemudian digantikan dengan orang lain yang lebih muda dan bersedia mener ima gaji yang lebih rendah dari anda.
Di lain pihak, perusahaan pasti juga tidak akan berani menjamin bahwa mereka akan mencetak keuntungan secara terus-menerus dan beroperasi seterusnya sampai dunia kiamat (ingat: sebelum akhirnya bangkrut, Lehman Brothers adalah perusahaan yang telah beroperasi sejak tahun 1850).
Nah, beberapa hal yang ingin saya tekankan sekali lagi adalah:
- Dengan kondisi seperti sekarang ini, jangan pernah bersikap loyal kepada perusahaan, tapi bersikaplah loyal kepada profesi anda.
- Cintailah bidang pekerjaan anda, terus asah dan perdalam pengetahuan anda mengenai beberapa aspek spesifik di bidang yang betul-betul anda minati
- Jangan lupa untuk selalu membuka mata dan telinga lebar-lebar bila memang ada sebuah kesempatan untuk meningkatkan karir diluar sana .
- Dan mungkin ini yang paling penting, kecuali anda adalah seorang pegawai negeri sipil yang bekerja di Indonesia, lupakan yang namanya “comfort zone” dan “job security” those are totally bullshit!
Semoga apa yang saya tulis ini bisa membuka wawasan dan menyadarkan banyak orang yang mungkin sudah terlena dengan apa yang dinamakan “comfort zone” dalam bekerja.
Mungkin analogi yang paling pas untuk menggambarkan secara konkrit dari apa yang saya tulis ini adalah dengan membayangkan anda naik sebuah mobil. Ketika anda mengendarai sebuah mobil mahal dan canggih, anda tetap harus mengendarainya dengan kewaspadaan penuh, siap untuk mengerem at au memutar setir untuk menghindari lubang di jalan at au pengendara motor yang memotong jalan anda.
Anda tentunya tidak bisa berpikiran bahwa dengan mengendarai sebuah mobil mahal, maka anda akan selalu selamat karena dilindungi dengan berbagai peralatan pelindung canggih. Ada faktor utama yang menjadi faktor penentu keselamatan anda yaitu kewaspadaan.
Hal yang sama juga berlaku dalam anda bekerja sebagai employee, bayangkan saja anda bekerja menekuni karir seperti anda mengendarai mobil: nikmati perjalanan anda, tetap waspada dan jangan pernah sampai masuk kedalam “comfort zone” - alias mengantuk, karena ketika anda masuk kedalam “comfort zone” dan sesuatu yang tidak diinginkan kemudian terjadi, biasanya anda akan merasa lebih sakit karena memang anda tidak siap dalam menghadapinya.
Have a nice day at work!
Toms Riady (Milis JogloGantung)
1 comments:
great post bro!! learn a lot from that post. Thanks!!
Post a Comment